BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Masa remaja disebut juga masa untuk
menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas banyak
dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau
identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan
terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang
sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum
terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun
sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru
dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian
seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya
Remaja yang berkembang baik
kepribadiannya, salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasainya adalah
membina hubungan sosial dengan
teman sebaya maupun dengan orang dewasa selain dari guru dan orang tua. Remaja
dapat berprestasi maksimal dalam belajar jika ia diterima dan dikagumi dalam
kelompok sebayanya dan mampu memecahkan masalah sosial secara baik dengan orang
dewasa terutama orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Perlu disadari bahwa
perkembangan kepribadian remaja perlu dipahami oleh para
guru maupun orang-orang yang bertugas mendidik remaja, karena perkembangan kepribadian sangat penting untuk mengembangkan prestasi belajar
remaja.
Dalam makalah ini kami melakukan
studi kasus mengenai perkembangan kepribadian yang menyimpang. Penyimpangan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk faktor diri, keluarga, dan
lingkungan. Studi kasus tersebut didasarkan kepada perkembangan kepribadian dan
implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan.
Karena latar belakang masalah di
ataslah kami mengangkat judul makalah kami “ Karakteristik Perkembangan
Kepribadian Masa Remaja serta Implikasinya dalam Pendidikan. “
1.2
RUMUSAN DAN
PERTANYAAN
1.
Bagaimanakah karakteristik perkembangan kepribadian
masa remaja ?
2.
Apakah implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan ?
3.
Bagaimanakah potret remaja masa kini ?
1.3
TUJUAN DAN
MANFAAT PEMBAHASAN
1.
Untuk mengetahui karakteristik perkembangan kepribadian
pada remaja.
2.
Untuk mengetahui implikasi perkembangan kepribadian
masa remaja dalam pendidikan.
3.
Untuk mengetahui potret remaja masa
kini.
1.4
METODE
PEMBAHASAN
Dalam penyusunan makalah ini kami melakukan metode
pembahasan dengan cara studi pustaka, studi literatur, dan dengan melakukan
kegiatan wawancara. Untuk media pembahasan kami yaitu dengan membuat makalah,
kemudian mempresentasikannya dengan Microsoft Power Point.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
Menurut para teoritisi psikoanalitik,
perkembangan pada dasarnya tidak disadari, yaitu di luar kesadaran dan sangat
diwarnai oleh emosi. Para teoritisi psikoanalitik yakin bahwa prilaku
semata-mata adalah suatu karakteristik permukaan dan untuk benar-benar memahami
perkembangan kita harus menganalisis makna simbolis perilaku (symbolic meanings of behavior) dan
kerja pikiran paling dalam (inner
workings of the mind)
Manusia didalam perkembangannya mengalami paling tidak dua
perkembangan,yaitu perkembangan fisik maupun psikisnya. (Muhammad Baitul Alim). Secara umum, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan
yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali (Werner, 1969). Di sisi lain, perkembangan juga dipandang
secara menyeluruh, yang mencakup tiga aspek, yaitu :
- Perkembangan fisik, seperti
perubahan tinggi dan berat.
- Perkembangan kognitif, seperti perubahan pada proses
berpikir, daya ingat, bahasa.
- Perkembangan kepribadian dan social, seperti perubahan
pada konsep diri, konsepgender, hubungan interpersonal. (Atkinson,
Atkinson, Smith, Bem, Hoeksema, 1996.)
Tentunya dalam mempelajari perkembangan manusia, seluruh
aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain. Begitu juga dalam penggunaan di
dalam konteks pendidikan, ilmu mengenai perkembangan manusia sebaiknya dikuasai secara menyeluruh
agar mendukung kompeten si
pendidik dalam memahami kondisi anak didiknya.
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada
usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah
12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock,2003) usia remaja berada pada
rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa
dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja
sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang
diperpanjang, dan remaja
yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen
ini sudah dikemukakan jauh pada
masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley
Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu
yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan(storm and stress).
Sedangkan
menurut Erickson masa remaja adalah masa
terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan
oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/
confussion, moratorium, foreclosure, dan identity
achieved . (Santrock,
2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988).Karakteristik remaja
yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri
remaja.
BAB III
ANALISIS
3.1 ANALISI TEORITIS
Karakteristik Perkembangan Kepribadian
Masa Remaja
Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks,
cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Pada
perkembangan kepribadian masa remaja anak mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris)
kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain). Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja
telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda
dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Di bawah ini
beberapa karakteristik perkembangan kepribadian masa remaja.
Gunarsa
(1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja,
yaitu:
1.
Kecanggungan
dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2.
Ketidakstabilan
emosi.
3.
Adanya
perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup
4.
Adanya
sikap menentang dan menantang orang tua.
5.
Pertentangan
di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
6.
Kegelisahan
karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.
Senang
bereksperimentasi.
8.
Senang
bereksplorasi.
9.
Mempunyai
banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan
kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan
tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek
kognitif, emosi, sosial dan pencapaian
(Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami
penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.
Beberapa
permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa
permasalahan utama yang dialami oleh
remaja. Menurut Zulkifli (2006) remaja dapat dibagi dalam 2
periode yaitu:
Periode Masa Puber usia 12 -18tahun
1. Masa
Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
·
Anak
tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
·
Anak
mulai bersikap kritis.
2. Masa Pubertas usia 14-16 tahun:
masa remaja awal. Cirinya:
·
Mulai
cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
·
Memperhatikan
penampilan
·
Sikapnya
tidak menentu/plin-plan
·
Suka
berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
3.
Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen.Cirinya :
·
Pertumbuhan
fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
·
Proses
kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
Periode Remaja Adolesen usia 19-21tahun
Merupakan masa akhir remaja.
Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
·
Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
·
Mulai menyadari akan realitas
·
Sikapnya mulai jelas tentang hidup
·
Mulai nampak bakat dan minatnya
3.2 ANALISI PRAKTIS
Implikasi
Perkembangan Kepribadian
Pada Remaja Dalam Pendidikan
Kenyataan psikologi yang selalu dipegang oleh Kurt Lewin
ialah bahwa pribadi itu selalu ada dalam lingkungannya, pribadi tak dapat
dipikirkan lepas dari lingkungannya. Oleh karena itu, implikasi perkembangan
kepribadian masa remaja dalam pendidikan pun tidak dapat terlepas dari
lingkungan remaja tersebut. Dimulai dari lingkungan keluarga sampai lingkungan
masyarakat sangat memberikan andil besar dalam implikasi perkembangan
kepribadian masa remaja dalam pendidikan. Jadi, apabila dalam kenyataannya
terdapat ketidak selarasan dalam perkembangan kepribadian remaja yang akhirnya
menjadi suatu permasalahan lingkungan pun memberikan pengaruhnya pada saat itu.
Conger
(dalam Abin, 1975: 11) menegaskan bahwa pemahaman dan pemecahan masalah yang
timbul pada masa remaja harus dilakukan secara interdisipliner dan antar
lembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan
merupakan salah satu jalan yang paling efektif dan strategis, karena bagi
sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya para guru,
banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
Diantara
usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya untuk
mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa remaja,
dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan
para guru khususnya:
1. Hendaknya seorang guru mengadakan
program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja
wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisi-ologi dan pendidikan olahraga)
yang diberikan pula oleh para guru yang dapat me-nyelenggarakan penjelasannya
dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut ada-lah untuk memahami dan
mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan
fisik dan psikomotorik remaja.
2. Memperhitungkan segala aspek
selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut
kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi
atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersang-kutan. Terutama pada masa
penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi. Upaya tersebut bertujuan
untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian
dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.
3. Seharusnya seorang guru bisa
mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher
association) untuk saling mendekatkan dan menyela-raskan system nilai yang
dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan
perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk
memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan
perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan
keagamaan.
4. Seorang guru atau pendidik untuk
memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan
perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadian, seyogyanya seorang
guru memberikan tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar
menimbang, memilih dan mengambil ke-putusan /tindakan yang tepat akan sangat
menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.
Berikut ini
beberapa faktot yang mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja :
1. Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran yangg penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk ke ‑
mampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisikondisi lingkungan yang memungkinkan berkembanganya kemampuan intelektual tersebut.
Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kon-disi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila:
1. Pendidik dapat
menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala
kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan mampu.
2. Pendidik
mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
3. Pendidik
memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku
peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan
melihat dari sudut pandang anak.
Teori Pieget mengenai perkembangan kognitif,
sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral.
Konsep tersebut menunjukan bahwa aktifitas adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif
cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang minimterhadap perkmbangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektualnya.
Model Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolah yang mengatur lingkungan belajar sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa
peserta didik utuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik handaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
Model Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolah yang mengatur lingkungan belajar sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa
peserta didik utuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik handaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Menciptakan interksi
atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
2. Memberi
kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang
yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menun-jang perkembangan intelaktual anak.
3. Menjaga
dan meningkatkan pertumbuhan
fisik peserta didik baik mlalui kegiatan olah raga maupun
menyediakan gizi yang cukup sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik
4. Meningkatkan kemampuan
berbahasa peserta didik baik melalui media cetak maupun menyediakan situasi yang memungkinkan pe-serta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelek -
tual peserta didik.
2.
Faktor Fisik Teerhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya tempat didik yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan ke-
Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya tempat didik yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan ke-
sehatan Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olahraga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya me -
lalui kegiatan ekstra kurikuler kelompok olahraga, bela diri dan seje-nisnya.
3.
Faktor Emosional terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan faktor-faktor diantaranya perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dalam teman‑teman, perubahan pandangan luar (dunia luar) dan peru‑bahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu perbedaan
individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan tututan terhadap remaja harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan
yang tidak mungkin di lakukan.
Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan faktor-faktor diantaranya perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dalam teman‑teman, perubahan pandangan luar (dunia luar) dan peru‑bahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu perbedaan
individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan tututan terhadap remaja harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan
yang tidak mungkin di lakukan.
4.
Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka
melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak
akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
1. Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
2. Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun.
3. Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka
melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak
akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
1. Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
2. Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun.
3. Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.
5.
Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat
khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain:
1. Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan bakat- bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikolog -is maupun fisiologis.
2. Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi sertakegigihan dalam melakukanusaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara
terpadu.
3. Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikanformal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada pesertadidik yang memiliki bakat khusus menojol.
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat
khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain:
1. Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan bakat- bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikolog -is maupun fisiologis.
2. Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi sertakegigihan dalam melakukanusaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara
terpadu.
3. Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikanformal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada pesertadidik yang memiliki bakat khusus menojol.
6.
Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik. Persoalan nya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan, diantaranya : .
1. Memberi penjelasan dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik yang berkaitan dengan iptek, hendaknya:
- Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.
- Memberi penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah baik disengaja maupun tidak.
- Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan baik.
- Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
- Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
- Memeriksakembali penjelasan apakah semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
2. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan
pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan pengertian.
Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
- Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dengan maksud agar peserta didik yang lain mengetahui secara jelas masalah yang ditanyakan.
- Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
- Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
- Merespon pertanyaan dengan baik.
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik. Persoalan nya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan, diantaranya : .
1. Memberi penjelasan dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik yang berkaitan dengan iptek, hendaknya:
- Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.
- Memberi penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah baik disengaja maupun tidak.
- Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan baik.
- Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
- Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
- Memeriksakembali penjelasan apakah semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
2. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan
pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan pengertian.
Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
- Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dengan maksud agar peserta didik yang lain mengetahui secara jelas masalah yang ditanyakan.
- Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
- Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
- Merespon pertanyaan dengan baik.
. Memberikan umpan balik
dengan umpan balik akan diketahui apakah komunikasi dua arah sudah tercapai
dengan baik atau belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar kepada
peserta didik atau sebaliknya.
POTRET REMAJA
MASA KINI
Studi
kasus
Hari/tanggal :
Jumat, 14 September 2012
Tempat :
Taman Lansia, Bandung
Narasumber : “ N
“
Di sebuah
sekolah tinggi terdapat seorang mahasiswi yang mengalami penyimpangan seksual
sejak usia remaja hingga saat ini sudah berusia 18 tahun. Mahasiswi berinisial
N tersebut sebenarnya sudah menyadari bahwa dirinya berbeda sejak usia taman
kanak-kanak. Anak bungsu dari 6 bersaudara yang terdiri dari 4 orang laki-laki
dan 1 orang perempuan ini memang tinggal di lingkungan keluarga yang kurang
kondusif. N memiliki kakak perempuan yang tomboy dan terbiasa bergaul dengan
laki-laki di rumahnya, sehingga karakter yang terbentuk pun berbeda sejak
kecil. Ditambah lagi pelecehan seksual yang dialami N saat berusia 4 tahun
membuat N menderita trauma berlebihan terhadap pria. Sehingga N lebih tertarik
kepada wanita dibanding lawan jenisnya yaitu pria.
Semenjak
mengalami pelecehan seksual di usia kanak-kanak N telah sering memperhatikan
perempuan. Perempuan yang dianggapnya lemah,
cerewet, “ember”, cengeng membuat N lebih tertarik berteman dengan pria
dibanding dengan wanita. Hal ini berlanjut hingga jenjang SD dan saat SMP, N
sudah mulai berani untuk berpacaran dengan seorang perempuan. Sejak kecil
memang N tidak mengetahui dan menyadari bahwa perilaku tersebut penyimpang.
Hingga saat N menginjak kelas 3 SMP, N sudah mulai mengerti bahwa yang
dilakukannya salah.
Saat di
SMA pun tidak jauh berbeda. Bahkan N sudah bergabung dengan komunitas yang
memiliki kesamaan dengannya. N seperti kebingungan dengan dirinya sendiri. Di
satu sisi N ingin berubah, tetapi di sisi lain N merasa itulah dirinya. N
menyatakan bahwa apa yang dialaminya membuat dia trauma hingga N sendiri tidak
mau menikah dengan seorang pria. Selain itu N sempat beberapa kali mengkonsumsi
obat-obatan terlarang saat remaja. N menjelaskan bahwa ada 2 tipe lesbian,
pertama yang ingin menularkan sifat tersebut dan yang kedua yang tidak ingin
menularkan sikap tersebut. N termasuk kedalam sifat yang kedua. Menurut N cukup
ia saja yang menanggung dosa atas perbuatan tersebut, cukup hanya ia lah yang
dihukum Tuhan karena perbuatannya itu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
3.1
Kesimpulan
Jadi
perkembangan kepribadian yang di alami remaja memang sangat kompleks. Karena
pada masa ini seseorang sedang berusaha untuk mengenal dirinya. Ketika remaja
gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau
identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian
yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.
Tujuan
penyusun pada makalah ini telah tercapai. Karena pada makalah ini penyusun menjadi
mempunyai pengetahuan tentang karakteristik perkembangan kepribadian
pada remaja, implikasi perkembangan kepribadian
masa remaja dalam pendidikan, dan mengenai potret remaja
masa kini.
3.2
Rekomendasi
Dalam
penyusunan makalah ini selain penyusun melakukan beberapa metode pembahasan,
penyusun pun mengambil data dati beberapa ahli dari berbagai
macam buku sumber yang erat kaitannya dengan bahasan penyusun . Oleh karena itu, makalah ini bisa
menjadi bahan rekomendasi bagi para pembaca.
blog nya imut mba ^^
BalasHapus