Selasa, 29 April 2014

Radiasi Benda Hitam dan Global Warming

Edit Posted by with No comments
Radiasi Benda Hitam
Benda hitam adalah istilah yang ditujukan kepada benda-benda yang mampu menyerap kalor radiasi (radiasi termal[1]) dengan baik. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchoff pada tahun 1862. Benda hitam dimodelkan sebagai suatu rongga dengan sebuah celah yang sangat kecil. Dalam istilah fisika benda hitam ini biasa disebut black body yang didefinisikan sebagai benda yang mampu menyerap sebagian besar energy yang diterimanya. Ada juga yang menyatakan bahwa benda hitam adalah benda yang tidak dapat memantulkan cahaya yang diterimanya. Oleh sebab itu permukaannya tidak dapat diamati. Inilah sebabnya mengapa benda hitam dimodelkan sebagai benda berongga.
Jika suatu benda berongga dipanaskan sampai bersuhu T, maka dinding berongga itu akan menyerap sebagian radiasi yang diterimanya dan memancarkan sebagian lainnya menuju gelombang pendek. Penyerapan dan pemancaran ini terjadi pada setiap bagian dinding rongga terus menerus sampai terjadi kesetimbangan termal. Kesetimbangan termal ini berarti bahwa semua dinding rongga memiliki suhu yang sama besar, sehingga energy yang dipantulkan sama dengan energy yang diterima. Pada saaat inilah semua bagian dinding rongga memancarkan gelombang-gelombang yang sama besar dan uniform, jika kita beri sebuah lubang pada rongga tersebut maka radiasi-radiasi ini akan mencari jalan untuk keluar. Energy yang berhasil keluar inilah yang kita kenal sebagi radiasi benda hitam.
Kaitan prinsip radiasi benda hitam ini dengan lingkungan dapat kita lihat dari fenomena pemanasan global (global warming).
Global warming adalah suatu fenomena memanasnya suhu rata-rata tahunan bumi akibat adanya efek gas rumah kaca yang tidak normal. cahaya matahari yang diterima oleh bumi biasanya berupa gelombang cahaya dengan panjang gelombang yang pendek, seperti gelombang UV, sinar tampak yang memiliki panjang gelombang <400nm. Secara normal, cahaya matahari yang bisa sampai kebumi adalah sebesar 34% dan 19% diserap oleh atmosfir sebelum sampai kepermukaan bumi. Sedangkan cahaya yang masuk ke permukaan bumi hanya berkisar 47%.
 Bumi inilah yang bisa kita ibaratkan benda hitam. Dengan atmosfir sebagai pembentuk rongganya. Seperti prinsip benda hitam yang telah dijelaskan di atas, cahaya yang masuk kebumi ini akan diserap oleh permukaan bumi dan dipantulkan kembali ke angkasa berupa gelombang dengan panjang gelombang pendek, seperti infrared. Panjang gelombang yang pendek ini memiliki energy yang besar. Pada kondisi normal gelombang ini akan dapat melewati atmosfir dan hanya sebagian saja yang diserap kembali. Komponen atmosfir yang dapat menangkap gelombang pendek ini adalah uap air, CO2, CH4 dan gas-gas lainnya untuk menjaga suhu bumi. Namun akibat adanya aktivitas manusia yang meningkatkan jumlah gas tersebut membuat radiasi yang dipancarkan oleh bumi tidak dapat lolos. Gelombang yang diradiasikan oleh permukaan bumi itu diserap dan dipantulkan secara terus menerus dibumi (terperangkap). Akibatnya suhu rata-rata permukaan bumi akan meningkat. Dengan meningkatnya suhu bumi tersebut, maka akan ada semakin banyak es yang mencair yang akan menaikan permukaan air laut, musim kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun semakin tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya.



[1] Radiasi termal adalah pancaran energy yang dipengaruhi oleh suhu. Radiasinya dapat berupa cahaya tampak maupun tidak. 

0 komentar:

Posting Komentar