Selasa, 29 April 2014

Perkembangan Peserta Didik (Remaja dan Implikasinya pada Pendidikan)

Edit Posted by with 1 comment
BAB I
PENDAHULUAN

1.1            LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

            Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis iden­titas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bu­kan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya
            Remaja yang berkembang baik kepribadiannya, salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasainya adalah membina hubungan sosial dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa selain dari guru dan orang tua. Remaja dapat berprestasi maksimal dalam belajar jika ia diterima dan dikagumi dalam kelompok sebayanya dan mampu memecahkan masalah sosial secara baik dengan orang dewasa terutama orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Perlu disadari bahwa perkembangan kepribadian remaja perlu dipahami oleh para guru maupun orang-orang yang bertugas mendidik remaja, karena perkembangan kepribadian sangat penting untuk mengembangkan prestasi belajar remaja.
            Dalam makalah ini kami melakukan studi kasus mengenai perkembangan kepribadian yang menyimpang. Penyimpangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk faktor diri, keluarga, dan lingkungan. Studi kasus tersebut didasarkan kepada perkembangan kepribadian dan implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan.
            Karena latar belakang masalah di ataslah kami mengangkat judul makalah kami “ Karakteristik Perkembangan Kepribadian Masa Remaja serta Implikasinya dalam Pendidikan. “ 


1.2            RUMUSAN DAN PERTANYAAN
1.      Bagaimanakah karakteristik perkembangan kepribadian masa remaja ?
2.      Apakah implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan ?
3.      Bagaimanakah potret remaja masa kini ?

1.3            TUJUAN DAN MANFAAT PEMBAHASAN
1.      Untuk mengetahui karakteristik perkembangan kepribadian pada remaja.
2.      Untuk mengetahui implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan.
3.      Untuk mengetahui potret remaja masa kini.

1.4            METODE PEMBAHASAN
Dalam penyusunan makalah ini kami melakukan metode pembahasan dengan cara studi pustaka, studi literatur, dan dengan melakukan kegiatan wawancara. Untuk media pembahasan kami yaitu dengan membuat makalah, kemudian mempresentasikannya dengan Microsoft Power Point.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Menurut para teoritisi psikoanalitik, perkembangan pada dasarnya tidak disadari, yaitu di luar kesadaran dan sangat diwarnai oleh emosi. Para teoritisi psikoanalitik yakin bahwa prilaku semata-mata adalah suatu karakteristik permukaan dan untuk benar-benar memahami perkembangan kita harus menganalisis makna simbolis perilaku (symbolic meanings of behavior) dan kerja pikiran paling dalam (inner workings of the mind)
Manusia didalam perkembangannya mengalami paling tidak dua perkembangan,yaitu perkembangan fisik maupun psikisnya. (Muhammad Baitul Alim). Secara umum, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali (Werner, 1969). Di sisi lain, perkembangan juga dipandang secara menyeluruh, yang mencakup tiga aspek, yaitu :
  1. Perkembangan fisik, seperti perubahan tinggi dan berat.
  2. Perkembangan kognitif, seperti perubahan pada proses berpikir, daya ingat, bahasa.
  3. Perkembangan kepribadian dan social, seperti perubahan pada konsep diri, konsepgender, hubungan interpersonal. (Atkinson, Atkinson, Smith, Bem, Hoeksema, 1996.)
Tentunya dalam mempelajari perkembangan manusia, seluruh aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain. Begitu juga dalam penggunaan di dalam konteks pendidikan, ilmu mengenai perkembangan manusia sebaiknya dikuasai secara menyeluruh agar mendukung kompeten si pendidik dalam memahami kondisi anak didiknya.
            Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock,2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan(storm and stress).
 Sedangkan menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved . (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988).Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.












BAB III
ANALISIS

3.1  ANALISI TEORITIS
 Karakteristik Perkembangan Kepribadian Masa Remaja
Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Pada perkembangan kepribadian masa remaja anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Di bawah ini beberapa karakteristik perkembangan kepribadian masa remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1.      Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2.      Ketidakstabilan emosi.
3.      Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan  petunjuk hidup
4.      Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5.      Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
6.      Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.      Senang bereksperimentasi.
8.      Senang bereksplorasi.
9.      Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10.  Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.
Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja. Menurut Zulkifli (2006) remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
Periode Masa Puber usia 12 -18tahun
1. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa            awal pubertas. Cirinya: 
·         Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
·         Anak mulai bersikap kritis.
2. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
·         Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
·         Memperhatikan penampilan
·         Sikapnya tidak menentu/plin-plan
·         Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
3. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas  ke masa adolesen.Cirinya :
·         Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
·         Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
Periode Remaja Adolesen usia 19-21tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
·         Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
·         Mulai menyadari akan realitas 
·         Sikapnya mulai jelas tentang hidup
·         Mulai nampak bakat dan minatnya


3.2    ANALISI PRAKTIS
Implikasi Perkembangan Kepribadian Pada Remaja Dalam Pendidikan
Kenyataan psikologi yang selalu dipegang oleh Kurt Lewin ialah bahwa pribadi itu selalu ada dalam lingkungannya, pribadi tak dapat dipikirkan lepas dari lingkungannya. Oleh karena itu, implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan pun tidak dapat terlepas dari lingkungan remaja tersebut. Dimulai dari lingkungan keluarga sampai lingkungan masyarakat sangat memberikan andil besar dalam implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan. Jadi, apabila dalam kenyataannya terdapat ketidak selarasan dalam perkembangan kepribadian remaja yang akhirnya menjadi suatu permasalahan lingkungan pun memberikan pengaruhnya pada saat itu.
Conger (dalam Abin, 1975: 11) menegaskan bahwa pemahaman dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja harus dilakukan secara interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling efektif dan strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya para guru, banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
Diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa remaja, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya:
1.      Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisi-ologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat me-nyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut ada-lah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik remaja.

2.      Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersang-kutan. Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.

3.      Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan menyela-raskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan.

4.      Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadian, seyogyanya seorang guru memberikan tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil ke-putusan /tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.

Berikut ini beberapa faktot yang mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja :
1.      Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran yangg penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik  (termasuk ke     ‑
mampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisikondisi lingkungan yang memungkinkan berkembanganya kemampuan intelektual tersebut. 
Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kon-disi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila:
1.      Pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan mampu.
2.      Pendidik mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
3.       Pendidik memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak.
Teori Pieget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukan bahwa aktifitas adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif  cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang minimterhadap perkmbangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektualnya.
            Model Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolah yang mengatur lingkungan belajar sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa
peserta didik utuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik handaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
1.      Menciptakan interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
2.      Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menun-jang perkembangan intelaktual anak.
3.      Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik mlalui kegiatan olah raga maupun menyediakan gizi yang cukup sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik
4.      Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui media cetak maupun menyediakan situasi yang memungkinkan pe-serta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelek -
tual peserta didik.

2.      Faktor Fisik Teerhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatik
an sarana dan prasarana yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya tempat didik yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan ke-
sehatan Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olahraga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya me -
lalui kegiatan ekstra kurikuler kelompok olahraga, bela diri dan seje-nisnya.

3.      Faktor Emosional terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
    
      Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan faktor-faktor diantaranya perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dalam temanteman, perubahan pandangan luar  (dunia luar) dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu perbedaan
individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
    
      Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
     Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan tututan terhadap remaja harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan
yang tidak mungkin di lakukan.

4.      Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
    
      Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka
melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
    
      Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak
akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
1.  Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian          peserta didik.
2. Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk          menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan           dengan peserta didik yang bertabiat apapun.
3. Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat       bermanfaat bagi guru.

5.      Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat
khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
           Dalam kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain:
1.  Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan        kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan bakat-     bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikolog       -is maupun fisiologis.
2. Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi     berprestasi yang tinggi sertakegigihan dalam melakukanusaha          dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga,         sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara
     terpadu.
3. Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan         lembaga pendidikanformal (sekolah) guna memberikan pelayanan          secara lebih efektif kepada pesertadidik yang memiliki bakat khusus menojol.

6.      Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
           Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara  pendidik dengan peserta didik.  Persoalan nya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan, diantaranya : .
1.  Memberi penjelasan dalam menyampaikan informasi kepada      peserta didik yang berkaitan dengan iptek, hendaknya:
    
-     Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama                         lainnya.
    
-     Memberi penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan                         hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah baik                   disengaja maupun tidak.
    
-     Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga                      sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan                           baik.
    
-     Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan                                mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah                                   dimengerti oleh peserta didik.
    
-     Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti                   dan tidak tegas.
    
-     Memeriksakembali penjelasan apakah semua peserta didik                     telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
2.  Mengajukan pertanyaan
           Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan
pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan pengertian.
           Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
-    Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dengan           maksud agar peserta didik yang lain mengetahui secara jelas      masalah yang ditanyakan.
-    Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan       bahan pelajaran.
-    Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
-    Merespon pertanyaan dengan baik.
.          Memberikan umpan balik dengan umpan balik akan diketahui            apakah komunikasi dua arah sudah tercapai dengan baik atau            belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar kepada peserta          didik atau sebaliknya.


POTRET REMAJA MASA KINI

Studi kasus    
Hari/tanggal    : Jumat, 14 September 2012
Tempat            : Taman Lansia, Bandung
Narasumber     : “ N “

Di sebuah sekolah tinggi terdapat seorang mahasiswi yang mengalami penyimpangan seksual sejak usia remaja hingga saat ini sudah berusia 18 tahun. Mahasiswi berinisial N tersebut sebenarnya sudah menyadari bahwa dirinya berbeda sejak usia taman kanak-kanak. Anak bungsu dari 6 bersaudara yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 1 orang perempuan ini memang tinggal di lingkungan keluarga yang kurang kondusif. N memiliki kakak perempuan yang tomboy dan terbiasa bergaul dengan laki-laki di rumahnya, sehingga karakter yang terbentuk pun berbeda sejak kecil. Ditambah lagi pelecehan seksual yang dialami N saat berusia 4 tahun membuat N menderita trauma berlebihan terhadap pria. Sehingga N lebih tertarik kepada wanita dibanding lawan jenisnya yaitu pria.
Semenjak mengalami pelecehan seksual di usia kanak-kanak N telah sering memperhatikan perempuan. Perempuan yang dianggapnya lemah,  cerewet, “ember”, cengeng membuat N lebih tertarik berteman dengan pria dibanding dengan wanita. Hal ini berlanjut hingga jenjang SD dan saat SMP, N sudah mulai berani untuk berpacaran dengan seorang perempuan. Sejak kecil memang N tidak mengetahui dan menyadari bahwa perilaku tersebut penyimpang. Hingga saat N menginjak kelas 3 SMP, N sudah mulai mengerti bahwa yang dilakukannya salah.
Saat di SMA pun tidak jauh berbeda. Bahkan N sudah bergabung dengan komunitas yang memiliki kesamaan dengannya. N seperti kebingungan dengan dirinya sendiri. Di satu sisi N ingin berubah, tetapi di sisi lain N merasa itulah dirinya. N menyatakan bahwa apa yang dialaminya membuat dia trauma hingga N sendiri tidak mau menikah dengan seorang pria. Selain itu N sempat beberapa kali mengkonsumsi obat-obatan terlarang saat remaja. N menjelaskan bahwa ada 2 tipe lesbian, pertama yang ingin menularkan sifat tersebut dan yang kedua yang tidak ingin menularkan sikap tersebut. N termasuk kedalam sifat yang kedua. Menurut N cukup ia saja yang menanggung dosa atas perbuatan tersebut, cukup hanya ia lah yang dihukum Tuhan karena perbuatannya itu.







BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1            Kesimpulan
Jadi perkembangan kepribadian yang di alami remaja memang sangat kompleks. Karena pada masa ini seseorang sedang berusaha untuk mengenal dirinya. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis iden­titas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bu­kan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.
Tujuan penyusun pada makalah ini telah tercapai. Karena pada makalah ini penyusun menjadi mempunyai pengetahuan tentang karakteristik perkembangan kepribadian pada remaja, implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan, dan mengenai potret remaja masa kini.

3.2            Rekomendasi
Dalam penyusunan makalah ini selain penyusun melakukan beberapa metode pembahasan, penyusun pun mengambil data dati beberapa ahli dari berbagai macam buku sumber yang erat kaitannya dengan bahasan penyusun . Oleh karena itu, makalah ini bisa menjadi bahan rekomendasi bagi para pembaca.


1 komentar: